Kamis, 27 Januari 2011

I Write This: 1

ASPI2 CMBBS, 21 September 2010. 10.30 p.m.
Bayanganmu di Jendela Rumahku

Jemu aku dalam sepi
Letih jauh berlari, disini kembali
Aku telah pulang
Dari bising tengah hari
Terlalu mengganggu, tahukah kau?
Matamu itu...

Di sudut ini, kurangkai elegi
Gelap airmata yang tersia...
Meratap lagi
Aku jauh,
Jauh...

Malam tak bersimpati
Menyibak pahit jiwa tak terperi
Disana, tiada lagi celah berarti
Tuk sekedar aku melihat, sebatas kunikmati

Semu ilusi.
Atau tiada.
Kubur aku dalam ironi
Sesirna jejakku dari benakmu.
Benakmu yang kureka
Apa? Ku bertanya-tanya
Tahun itu amat hilang akal sehatku.

Bukan menebar kedukaan, atau repetisi kelabu
Meski akulah gelap itu
Bagai debu jendela rumahku.
Tuan, takkan kunodai bayangmu
Kesejatianmu...

Terlalu indah ku dilukiskan
Dengan sesuatu
Hanyalah debu hakikatku.
Malam ini, kunafikan seuntai lafal

"Aku bukanlah diriku,
aku hanyalah sesuatu milikmu"

Dengan kejam membunuhku.
...

Tuanku, sulbiku, peri dalam sadar dan tidurku...
Bukanlah dunia sebuah jarak
Pun tak terenggut abad
Cukuplah dinding itu
Dan jendela debuku.

Dan bayangmu.
Yang tak terlekang dosaku
Demi mendewakan citramu...
Ya, biarkan aku menekuri lorong gelap pikiranku
Tuk temukan aku

Tak bersamamu.

Dapati napasku berkalang kisahmu
Selalu, takkan lari aku
Hanyalah titik kecil yang terbelenggu
Kau dan bebasmu
Diluar jendela rumahku.
...

Masih di sudut ini,
Masih berkawan temaram,
Izinkan kusudahi narasi tak bermakna ini.
Agar tak hancurkan otakku sendiri.

Dalam ratap
Perlukah meratap?

Di satu akhir,
Sempatkah kuujar kata 'cinta'?
Tidak.
Karena kutahu
Kesempurnaan tak selamanya membutuhkannya...

Adakah cinta itu abadi?
Aku dan kelemahanku tak menemukannya.
Namun aku, dalam gelap ini...
Relakan bayangmu, hanya bayanganmu
Tuk kukagumi, tuk buat binar mataku
Kau abadi...

Meski ada hari cinta akan mati.
Yang kuyakini, bukan esok nanti...
...

Malam ini [belum] gelap.
Annisa R. Lutfiana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar